![Dua guru besar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa menjadi narasumber dalam kuliah umum Prodi S-1 PBSI. Keduanya membekali mahasiswa seputar intervensi bahasa, penggunaan AI dan riset-riset bidang kebahasaan yang bisa dilakukan mahasiswa maupun dosen.](/images/foto-05-02-2025-03-36-07-6464.png)
Dua guru besar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa menjadi narasumber dalam kuliah umum Prodi S-1 PBSI. Keduanya membekali mahasiswa seputar intervensi bahasa, penggunaan AI dan riset-riset bidang kebahasaan yang bisa dilakukan mahasiswa maupun dosen.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Prodi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra (PBSI) melalui HMP PBSI (Himabastra) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa menggelar kuliah umum penguatan riset kebahasaan di Auditorium T14 lantai 4 FBS, Unesa, Kampus 2 Lidah Wetan, pada Senin, 3 Februari 2025.
Kegiatan ini diprakarsai kedua guru besar PBSI, yang sekaligus sebagai narasumber yaitu Suhartono dan Syamsul Sodiq. Kedua pakar FBS itu didampingi Abdul Kholik sebagai moderator.
Dengan judul ‘Riset Bahasa dalam Praktik Pembelajaran Perspektif Intervensi dan Impak,’ Suhartono, guru besar bidang pragmatik membicarakan peluang penelitian kebahasaan.
Penelitian tersebut tidak semata-mata hanya terbuka luas bagi mereka yang berlatar belakang kajian murni seperti sastra, tetapi juga menawarkan kesenjangan pengetahuan yang bisa dikaji lebih lanjut melalui media pembelajaran.
Ia memaparkan tentang hasil risetnya, yang mana data riset pembelajaran yang masih perlu ditingkatkan, misalnya riset pembelajaran aspek perencanaan ada di angka 359.586, pelaksanaan sebanyak 1.454.475, dan penilaian sebanyak 2.146.434.
“Apalagi yang berspektif ‘intervensi’ dan ‘impak’ bahkan sangat terbatas untuk tidak dikatakan tidak ada. Karena itu, ini menjadi peluang untuk melakukan riset di bidang ini,” tandasnya.
Lebih lanjut, ‘bahasa sebagai intervener’ dapat meliputi tuturan eksemplifikasi, tuturan simple berpola normal, tuturan interogatif terbuka, tuturan apresiatif, dan tuturan direktif berpilihan respons.
Alhasil, fenomena ‘bahasa sebagai intervener’ ini menghasilkan impak berupa kemampuan menguraikan, memerinci, memberikan contoh, memberikan solusi, dan berpikir kritis.
![Koorprodi S-1 PBSI, Anas Ahmadi menyerahkan penghargaan kepada guru besar Unesa, Syamsul Sodiq sebagai narasumber kuliah umum PBSI.](/images/foto-05-02-2025-03-44-08-7043.gif)
Koorprodi S-1 PBSI, Anas Ahmadi menyerahkan penghargaan kepada guru besar Unesa, Syamsul Sodiq sebagai narasumber kuliah umum PBSI.
Pada sesi lain, Syamsul Sodiq, guru besar bidang pembelajaran menulis menyinggung soal kecerdasan buatan melalui tema “Peran Bahasa Indonesia dalam Menyikapi Penggunaan Artificial Intelligence (AI) untuk Penulisan Ilmiah”.
Melalui kajiannya, ia menyoroti fenomena maraknya penggunaan AI dalam penulisan ilmiah bahasa Indonesia pada jenjang S-1, umumnya didukung oleh kebijakan sebagian perguruan tinggi yang melegalkan penggunaannya.
Padahal sebenarnya, AI sebagai sistematisasi mesin cenderung dirancang untuk menyajikan jawaban yang tidak menutup kemungkinan merupakan hasil pemikiran orang lain. Itulah mengapa sangat rentan plagiasi.
Lebih lanjut ia paparkan kekurangan dari penggunaan AI adalah tidak memiliki unsur kreativitas yang dimiliki manusia, keterbatasan referensi, risiko data dan bias algoritma, serta kredibilitas dan relevansi output yang meragukan.
“Meskipun pada kenyataannya telah marak terjadi fenomena ketergantungan dan pengurangan kompetensi yang tidak disadari penggunanya,” paparnya.
Ia menekankan, AI sebagai alat bantu, jangan terlalu menghamba dan bergantung pada penggunaannya! Nilai kepuasan dari menghasilkan karya yang memiliki campur tangan AI tidak akan sepuas ketika utuh menciptakannya sendiri.
Koorprodi PBSI, Anas Ahmadi dan Yoga Rifqi Azizan, ketua panitia berharap kuliah umum ini tidak hanya untuk membekali para mahasiswa akhir dalam memantapkan topik skripsi di bidang kebahasaan, tetapi juga membekali mahasiswa baru sedari dini akan wawasan riset kebahasaan yang berprospek menjanjikan.
“Semoga mahasiswa PBSI memetik wawasan krusial yang dapat bermanfaat ke depannya dalam karier mereka di dunia Pendidikan, baik sebagai peneliti maupun pengajar dan melahirkan inovasi mutakhir dalam riset kebahasaan,” ucap Koorprodi PBSI tersebut.[*]
***
Reporter: Tarisa Adistia (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim PBSI FBS Unesa
Share It On: