
Pagelaran wayang kulit ini membawa lakon “Semar Mbangun Kayangan” oleh Ki Danesworo Rafi Ramadhan, dan “Wahyu Darmo” oleh Ki Herjuno Pramariza Fadhlansyah.
Unesa.ac.id, SURABAYA—Banyak cara yang bisa dilakukan perguruan tinggi dalam melestarikan budaya nasional, salah satunya bisa dengan menggelar pagelaran wayang kulit kolaborasi Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) dan TVRI Jawa Timur di Graha Sawunggaling, Kampus II Lidah Wetan, pada Sabtu, 15 Februari 2025.
Kegiatan ini dihadiri Rektor Unesa, Nurhasan atau Cak Hasan bersama wakil rektor dan jajaran dekan dan direktorat terkait selingkung Unesa. Cak Hasan menuturkan bahwa seni dan budaya nusantara merupakan warisan berharga yang harus terus dihidupkan.
“Budaya itu identitas nasional kita, karena itu ketahanan budaya harus terus kita perkuat melalui berbagai kolaborasi untuk melahirkan inovasi dan kegiatan yang menghidupkan geliat seni-budaya di masyarakat, termasuk generasi muda dan mahasiswa,” ucapnya.

Rektor Unesa Cak Hasan dan Rektor Unindra, Sumaryono serah terima wayang kulit simbol kolaborasi melestasikan seni-budaya nusantara.
Sementara itu, dalam sambutannya, Wakil Rektor I Unesa, Martadi mengatakan, bahwa kolaborasi ini mencerminkan nilai gotong royong dalam Pancasila.
"Tanpa kerja sama berbagai pihak, acara seperti ini tidak mungkin terwujud. Wayang kulit bukan sekadar tontonan, tetapi warisan budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan sebagai bagian dari identitas bangsa," ujarnya.
Pagelaran ini berlangsung dalam dua sesi. Sesi pertama menampilkan lakon “Semar Mbangun Kayangan” oleh Ki Danesworo Rafi Ramadhan. Kisah ini mengangkat peran Semar yang turun ke dunia untuk mengembalikan keseimbangan setelah para dewa di kahyangan bertindak semena-mena dan mengabaikan kesejahteraan makhluk bumi.

Pementasan ini dihadiri jajaran pimpinan, dosen, mahasiswa dan pelajar yang memadati Graha Sawunggaling.
Semar kemudian membangun ‘kahyangan’ baru yang lebih adil dan bijaksana. Cerita ini mengajarkan bahwa kebijaksanaan dan keadilan lebih berharga daripada sekadar kekuasaan, menjadikannya tetap relevan hingga saat ini.
Sesi kedua menampilkan lakon “Wahyu Darmo” oleh Ki Herjuno Pramariza Fadhlansyah. Kisah ini menceritakan tentang turunnya Wahyu Darma, sebuah anugerah ilahi yang melambangkan kebijaksanaan dan kebenaran. Dalam kisah ini, para Kurawa hampir dimasukkan ke Kawah Candradimuka oleh Madrasena, namun diselamatkan oleh Bratasena (Bima muda).
Setelah itu, Pandawa kembali berkumpul dan bertemu dengan Prabu Drestarastra serta Resi Bisma. Pada akhirnya, dua burung yang muncul dalam cerita tersebut berubah wujud menjadi Batara Guru dan Batara Narada, yang kemudian menganugerahkan Wahyu Dharma kepada Yudhistira.

Penandatanganan kerja sama antara Unesa, Unindra, dan TVRI Jatim di sela-sela pagelaran wayang kulit.
Kepala TVRI Jawa Timur, Asep Suhendar, mengapresiasi keterlibatan mahasiswa Unesa dalam dunia penyiaran, termasuk dalam tayangan wayang kulit.
"Kami sangat terbantu dengan kontribusi mahasiswa Unesa yang mengimplementasikan ilmunya. Hari ini, sepuluh stasiun TVRI menayangkan pagelaran ini, dengan total 10 juta masyarakat yang ada di rumah. Kami berharap masyarakat dapat menikmati ini, " ujarnya.
Sementara itu, Rektor Unindra, Sumaryoto menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Unindra dan Unesa dalam melestarikan budaya.
"Kami telah menjalin kerja sama dengan 16 stasiun TVRI dan memiliki sanggar seni untuk melestarikan wayang kulit sebagai warisan budaya tak benda di UNESCO. Kami terus mendorong upaya ini agar budaya kita tetap lestari dan tidak tergerus oleh pengaruh asing yang dapat merusak jati diri bangsa," tambahnya.
Sebagai bentuk komitmen nyata dalam pelestarian budaya, acara ini diwarnai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Unesa dan Unindra dalam melestarikan seni dan budaya, khususnya wayang kulit melalui berbagai program kolaborasi.
Unesa berkomitmen untuk menjadikan pagelaran wayang kulit sebagai agenda rutin yang tidak hanya memperkuat identitas budaya bangsa, tetapi juga menjadi ruang pengembangan dan penelitian seni tradisional.[*]
***
Reporter: Septiarafi Gusti Putra (FBS), dan Zakariya Putra Soekarno (Fisipol)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: