
Guru besar bidang fisika material Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof. Dr. Frida Ulfah Ermawati, M.Sc., menunjukkan prototipe material Mg1-xZnx yang berhasil dikembangkan sebagai material resonator radar.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang sangat luas yaitu mencapai 5,8 juta kilometer persegi yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), laut teritorial, dan wilayah lainnya yang termasuk dalam batas yurisdiksi Indonesia.
Wilayah laut tersebut perlu dijaga oleh lembaga pertahanan Indonesia. Selama ini, sarana yang digunakan dalam menjaga kedaulatan wilayah laut yaitu menggunakan radar atau radio detection and ranging.
Dalam sistem radar terdapat sumber energi atau sumber frekuensi yang disebut sebagai dielectric resonator oscillator (DRO). Komponen utama modul DRO berupa material dielectric resonator (DR) yang berfungsi sebagai penstabil frekuensi resonansi.
Selama ini, Indonesia masih menjadi konsumen di bidang teknologi radar, termasuk untuk komponen modul DRO-nya yang diimpor dari luar negeri dengan harga yang cukup mahal. Padahal, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan menekankan untuk menggunakan produk lokal.
Pun, mengikutsertakan industri pertahanan dalam negeri, adanya kewajiban alih teknologi, adanya imbal dagang, mengikuti ketentuan kandungan lokal dan atau ofset paling rendah 85 persen.
Guna berkontribusi untuk memperkuat kedaulatan negara dan sistem pertahanan dalam negeri, guru besar bidang fisika material, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof. Dr. Frida Ulfah Ermawati, M.Sc dan tim berhasil memfabrikasi beberapa macam komposisi keramik dielektrik berbasis MgTiO, sebagai kandidat material resonator DRO (dielectric resonator oscillator).

Frida Ulfah Ermawati merupakan guru besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Unesa yang lama berkecimpung di bidang fisika material, dan telah menghasilkan riset dan publikasi di Scopus, serta mendapatkan sejumlah hak paten.
“Saya merasa terpanggil, sebab selama ini komponen DRO masih diimpor dengan material dialektrik yang umumnya berupa barium titanat yang mahal harganya. Karena itu, saya berusaha membuat alternatif atau penggantinya yaitu berupa material Mg1-xZnx yang disingkat material MZT sebagai material resonator radar,” ucapnya.
Selain itu, ia juga berhasil mengkarakterisasi modul DRO berbasis MgTiOs tersebut sebagai material resonator untuk radar C-band, jenis radar yang menggunakan frekuensi radio, yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk radar cuaca, radar militer, hingga radar komunikasi satelit.
Melalui kolaborasi dengan periset dari Pusat Penelitian Telekomunikasi dan Pusat Penelitian Elektronika BRIN Bandung, guru besar Unesa dan tim juga berhasil merancang prototipe modul DRO dan telah diujicobakan untuk keramik MZT dan MZTS.
Semua hasil pekerjaan tersebut menjadi temuan-temuan baru (novelty) di bidang ini sehingga beberapa dokumen paten telah didaftarkan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI), Kementerian Hukum Republik Indonesia.
“Semoga riset dan inovasi ini dapat menjadi sebuah kontribusi dalam mendorong kemandirian Indonesia di bidang pertahanan untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ucap guru besar kelahiran Kota Pahlawan itu. [*]
***
Keterangan: Riset tersebut disampaikan Frida Ulfah Ermawati dalam pidato pengukuhan guru besar pada 22 Desember 2025 lalu dengan judul “Keramik Diaelektrik (Mg1-xZnx) TiO3 sebagai Material Resonator Senyap pada Modul DRO Radar: Sebuah Kontribusi Terhadap Kemandirian Indonesia di Bidang Energi Gelombang Mikro.”
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: