
Guru besar (profesor) Fakultas Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unesa, Wasis menyampaikan seputar pembelajaran mendalam dan berdampak dalam Lokakarya DTPTP Unesa.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Universitas Negeri Surabaya (Unesa) melalui Direktorat Transformasi Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran (DTPTP) menggelar lokakarya pembelajaran inovatif di Gedung LPSP Unesa, Kampus 2 Lidah Wetan, pada Jumat, 2 Mei 2025. Kegiatan tersebut dihadiri jajaran dosen selingkung Unesa.
Kegiatan ini mengusung tema “Menumbuhkan Pembelajaran Mendalam Mahasiswa melalui Desain Instruksional Inovatif dan Evaluasi Kritis” yang dibahas dua pakar; Wasis, guru besar dan dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unesa, dan Arif Hidayat, dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Direktur TPTP, Fida Rachmadiarti mengatakan, kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dengan tujuan untuk memastikan bahwa pendidikan tinggi tidak hanya menjadi ruang transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi medan tumbuhnya pemikiran kritis, refleksi mendalam, dan transformatif mahasiswa secara utuh.
Keterlibatan semua elemen masyarakat merupakan kunci utama dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berdampak.

Lokakarya yang dihadiri dosen selingkung Unesa ini dalam rangka memperingati Hardiknas, memperkuat partisipasi mewujudkan pendidikan berdampak dan berkelanjutan.
Untuk itu Unesa berkomitmen mendukung melalui program pengembangan kapasitas dosen penyusunan kurikulum adaptif, pemanfaatan platform digital, serta kebijakan yang berorientasi pada pembelajaran.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar terbaik yang mempersiapkan mereka sebagai pembelajar sepanjang hayat”, ucap guru besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) itu.
Pada sesi materi, Arif Hidayat menyampaikan tiga komponen sebagai bahan diskusi, yaitu deep learning atau pembelajaran mendalam, desain instruksional yang inovatif, dan evaluasi kritis dengan konteks andragogi.
Dalam kesempatan tersebut Arif Hidayat membagikan pengalamannya selama terlibat menjadi bagian dari tim perangkingan UPI. Ia juga menyampaikan konsep andragogi dengan pedagogi.
Dia mengajak dosen untuk memahami perbedaan kedua hal tersebut. Misalnya, ketika menggunakan pendekatan deep learning, berarti menggunakan andragogi, karena mahasiswa memang seharusnya diperlakukan secara andragogi, bukan pedagogi.

Direktur TPTP Unesa bersama narasumber dan moderator Lokakarya Pembelajaran Mendalam dan Berdampak.
Sementara itu, guru besar FMIPA, Wasis membahas bahwa deep learning merupakan bagian dari mindful learning, meaningful learning, dan enjoyful learning. Ia menekankan, bahwa deep learning harus dilakukan dengan penuh kesadaran, bermakna, dan juga menyenangkan.
Dekan FMIPA itu juga mengaitkan evaluasi kritis pada dua model yang diterapkan di Unesa, yaitu pada Project Based Learning (PJBL) dan Case Method (CM), yang masing-masing harus menggunakan project-based assessment, dan authentic assessment atau penilaian otentik.
Project based assessment bukan hanya dilihat dari asesmen hasil, tetapi juga harus melalui asesmen proses. Kemudian pada authentic assessment, penilaiannya harus bersifat pada kehidupan nyata situasi sebenarnya, karena berkaitan dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skills, yang juga akhirnya menjadi asesmen yang bermakna. []
***
Reporter: Ajwa Elizia Alwi (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: