
Marcus Marktanner, profesor ekonomi dan manajemen konflik internasional Georgia, Georgia, Amerika Serikat hadir secara langsung dalam seminar internasional Unesa. Ia memberikan beberapa rekomendasi strategi menghadapi perang dagang internasional.
Unesa.ac.id., SURABAYA—Program Studi (Prodi) S-1 Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) melalui Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Ekonomi menggelar seminar internasional dengan tema “Respons Ekonomi Indonesia terhadap Kebijakan Pemerintah AS dalam Perdagangan Internasional” pada Senin, 5 Mei 2025.
Kegiatan yang berlangsung di Gedung Auditorium G6 lantai 3, FEB Unesa Kampus 1 Ketintang ini menghadirkan sejumlah narasumber luar negeri. Pertama, Marcus Marktanner, profesor ekonomi dan manajemen konflik internasional Georgia, Georgia, Amerika Serikat.
Kedua, Abdulrahman Taresh, peneliti di Universitas Sana’a, Yaman yang juga pernah bekerja di BRRAN, Travel and Tourism Agency, Yaman. Ketiga, Xu Yong, Konsulat Jenderal Republik Tiongkok di Surabaya. Keempat, Tony Seno Aji selaku Koordinator Prodi Ekonomi, FEB Unesa.
Seminar ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang tantangan dan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi serta dampak kebijakan Amerika Serikat terhadap aspek makro ekonomi di Indonesia.
Dalam sambutannya, Dekan FEB, Anang Kistyanto menyampaikan bahwa agenda ini merupakan salah satu upaya penguatan visi FEB menjadi fakultas yang bereputasi global dalam bidang pendidikan ekonomi, ekonomi, dan bisnis berbasis entrepreneurial leadership.
“Semoga kegiatan hari ini dapat memberikan pemahaman baru dan memberikan inspirasi bagi kita tentang respons ekonomi terhadap kebijakan pemerintah AS dalam berbagai perspektif,” ucap guru besar FEB Unesa itu.
Dalam paparan materi, Marcus Marktanner dari Kennesaw State University membahas tentang cara menavigasi perekonomian Indonesia melalui perairan internasional yang bermasalah.
Menurutnya, Indonesia memiliki defisit umum dalam hal perlindungan sosial, yang membuatnya rentan terhadap guncangan (shock) perdagangan. Di sisi lain, pelajaran yang dapat dipetik dari guncangan permintaan ini adalah memprioritaskan stabilisator otomatis agar lebih siap menghadapi guncangan di masa mendatang.
Sejauh ini, tarif AS dapat memengaruhi 5-6% total lapangan pekerjaan. Industri yang terkena dampak di antaranya adalah industri tekstil, industri makanan, industri kertas, industri logam, industri elektrik, dan lain sebagainya.

Pimpina FEB dan Prodi Ekonomi bersama sejumlah narasumber seminar internasional.
Ia merekomendasi kebijakan awal dalam menghadapi guncangan akibat adanya kebijakan tarif AS yaitu bisa memperkuat jaring pengamanan sosial dalam negeri, mengembangkan pasar ekspor alternatif, serta mempromosikan diversifikasi ekonomi.
“Terlepas dari tantangan ekonominya, Indonesia menjadi salah satu potensi ekonomi terbesar selama beberapa dekade mendatang. Sehingga diperlukan adanya dialog kebijakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kebijakan serta peluang bagi pertumbuhan dan kebijakan ekonomi Indonesia,” ucapnya.
Selanjutnya, Tony Seno Aji selaku koordinator Program Studi Ekonomi, FEB Unesa membahas tentang implikasi kebijakan tarif AS terhadap perekonomian Indonesia.
Menurutnya, kebijakan tarif AS berpotensi memberikan dampak bagi perekonomian Indonesia seperti, penurunan neraca perdagangan, perlambatan manufaktur, penurunan produktivitas, pengurangan PDB, inflasi barang impor, ketidakpastian investasi, dan tekanan mata uang.
“Sebagai respons, negara-negara dan pelaku industri mengambil langkah strategis jangka panjang dengan cara mempercepat diversifikasi pasar ke luar AS, merestrukturisasi rantai pasokan global, serta menggeser kebijakan industri guna memperkuat nilai tambah produksi dalam negeri,” bebernya.
Agenda ini dihadiri oleh jajaran dosen dan mahasiswa FEB Unesa. Harapannya, setelah kegiatan ini mahasiswa dapat memahami peluang hubungan ekonomi antara Indonesia dan Amerika Serikat, serta mengambil peran dalam penguatan ekonomi nasional. []
***
Reporter: Diva Novana Widia Putri (FEB)
Editor: @zam*
Foto: Tim HMP Ekonomi Unesa
Share It On: